ikan air tawar sulawesi

Ikan Air Tawar Sulawesi

Posted on Updated on

Dibandingkan dengan kelompok satwa lainya, satwa ikan Sulawesi memiliki jumlah spesies yang relatif kurang. Sulawesi memiliki 68 spesies ikan, dibandingkan dengan 132 spesies di Jawa dan 394 di Kalimantan. Akan tetapi, seperti telah tercatat di banyak penelitian, tingkat keendemikan biasanya tinggi. Dimana 76% dari jumlah spesies, atau sejumlah 52 spesies adalah endemik Sulawesi, dibandingkan hanya 38% di Kalimantan. Tingkat keendemikan ini meluas melebihi tingkatan spesies, termasuk satu famili endemik Adrianichthyidae, diwakili oleh 5 spesies yang ditemukan hanya di Danau Poso dan Lindu. Akan tetapi, harus dicatat bahwa beberapa ahli (Whitten et al 1987) menganggap bahwa ‘ikan duck-bill ‘ merupakan bagian dari famili yang termasuk spesies yang berasal dari India hingga Jepang. Sulawesi juga merupakan habitat bagi 16 spesies dalam famili Telmatherinidae yang hanya dikenal di sebelah barat Irian Jaya (Papua). Tidak satupun dari spesies telah dicatat dalam wilayah Lore Lindu.
Sebagai tambahan, terdapat dua spesies, yaitu kepala ular – Channa striata dan ikan merah memanjat Anabus testudineus yang sebelumnya diperkirakan sebagi ikan asli, baru diketahui bahwa kedua ikan ini telah merupakan spesies introduksi beberapa generasi yang lalu (Kottelat et al 1993). Teridentifikasinya jenis ikan introduksi pada saat kini ini menimbulkan kerancuan dunia satwa ikan asli di beberapa danau, termasuk danau Lindu.
Laporan akhir ANZDEC bulan April 1997 menyatakan bahwa Danau dihuni oleh beberapa spesies endemik ikan. TNC hanya dapat mengkonfirmasi keberadaan adrianichthyid atau ikan duck-billed dengan panjang 7 cm, Xenopoecilus sarasinorum. Famili ini oleh beberapa ahli dianggap sebagai endemik Sulawesi dengan spesies yang hanya ditemukan di Danau Lindu dan Danau Poso (Kottelat et al 1993). Yang lain berpikir bahwa famili ini termasuk spesies yang didistribusikan dari India sampai ke Jepang (Whitten et al). Whitten et al. (1987) menyatakan bahwa tidak ada catatan dari X. sarasinorum di Danau Lindu sejak 1939. Nampaknya spesies ini dirusak oleh kehadiran ikan yang diintroduksi.
Menurut Whitten et al. (1987), sejumlah ikan asing diperkenalkan ke dalam Danau pada tahun 1950-an. Mereka adalah: cyprinid, Puntius gonionotus (Semacam gurami Jawa) dan Cyprinus carpio (Semacam gurami umum) (keduanya pada tahun 1955); belontiid, Trichogaster trichopterus (gurami dua titik)(1950- an) dan Ospronemus goramys (Gurami)(1955); serta ikan bertulang besar cichlid, Oreochromis mossambicus (Nile Tilipia)(1951). Ikan Nile Tilipia sangat sukses diadaptasikan ke Danau. Walaupun tidak ada dalam tabel ikan yang diperkenalkan, Whitten et al. (1987:293) menyatakan bahwa ikan predator berkepala ular, Channa striata, juga terdapat di danau pada tahun 1940-an.
Seperti dilaporkan dalam laporan akhir ANZDEC (1997) bahwa ikan yang diperkenalkan tersebut bertambah secara dramatis dan dieksplotasi secara komersial serta dipasarkan di Palu, disepanjang Lembah Palu dan wilayah sekitarnya oleh orang migran Bugis di sepanjang tahun 1980-an – pada saat populasi mengalami kehancuran. Acciaioli (1998) melaporkan bahwa pada awal tahun 1999 danau tersebut masih diambil ikannya; dan semua yang tersisa adalah beberapa ikan Mujair. Akan tetapi, ikan-ikan tersebut hanya cukup untuk konsumsi lokal yang jumlahnya terbatas.
Acciaioli (1998) menganggap ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ikan di Danau Lindu. Pertama, introduksi ikan lele yang predator di danau ini pada awal tahun 1990-an dan kedua, yang merupakan hal yang lebih penting, penggunaan jaring landak oleh nelayan Bugis yang memiliki ukuran lubang sangat kecil. Hal ini berakibat pada penangkapan ikan kecil dan muda.